Aku bingung ingin menulis apa dalam postingan kali ini, yang hanya ada modus-modus yang mulai berterbangan melewati lorong-lorong keistimewaan yang disebut Hati. Suatu ketika saat aku mengikuti acara di sekolah, pagi itu masih mengantuk dan langit masih menguap dalam-dalam, matahari masih merangkak dan awan-awan digembala angin. Belum satu jam aku mengikuti acara, teman-temanku merengek minta keluar dan minta jalan-jalan ke salah satu tongkrongan kami.
Ada si kekar Susilo, si subur Najib dan si makelar Salam, sedangkan aku sendiri pengikut aliran puisi Chairil Anwar dan entah namaku siapa, kata orang aku mirip Fedy Nuril namun aku bantah mentah-mentah, Kata orang lagi aku mirik Vidi Aldiano,aku berpikir orang ini kok ngejeknya keterlaluan.
Perjalanan menuju tongkrongan kami melewati jalan yang tidak biasa, jalan yang berbatu kami lewati walaupun tangan kram waktu banting motor.
Dan inilah aksi kami
Pose yang bikin senewen saat Salam difoto malah merem, padahal dia udah tidur waktu kita kesini, tidurnya keren. NYETIR SAMBIL MEREM. Kebanyakan dari kami adalah suka mengeksekusi apapun yang penting happy happy aja. Kalo masalah yang paling kita suka cari adalah BAGAIMANA MASUK TEMPAT PARIWISATA DENGAN GRATIS, alhasil sei Peta Susilo yang paling tau tentang jalan disini, dia bagai GPS yang kemungkinan kesasarnya sedikit, sedangkan gue siap untuk kebut-kebutan, kalo si Salam teriakannya yang bikin senewen, Najib?sama seperti gue.
Yang paling kami suka adalah mengabadikan perjalanan dengan video amatir pake hape samsung atau asiafone milik gue, walaupun sering di ejek karena jaman sekarang minimal hape itu yang buatan amerika,atau bangsa barat, tapi berhubung gue suka yang china china, jadi deh dari dulu hingga sekarang hape gue china terus. Gue sih kalem aja, cuek banget kalo ada yang bilang JAMAN SEKARANG TUH ANDROID DONG. Gue sih cuek aja sih, percuma hapenya android tapi gak bisa makeknya, emang masalah buat loe??
Dan di Tempat ini gue bersyair ala Zafran di 5 CM
Wahai cintaku disana
Mengapa kau tak mengenaliku
Kau tak tahu apa yang ada di hatiku
Kau tak tahu jika aku memandingi wajah indahmu
Adakah engkau disana sepertiku
Yang tidak sadarkan diri akan cinta yang bersemi
Yang tak mampu mengucapkan kedalaman kerinduan
Saat berhadapan dengan mu
Aku yang terkurung di ruang cinta dan kerinduan ku
Tak dapat berucap padamu, bahkan walau telah menyentuhmu
Setiap menatap matamu terasa menusuk ke jantung hati ku
Engkau cintaku, cinta terpendamku
Engkau rinduku, rindu tak bertuanku.
Ada si kekar Susilo, si subur Najib dan si makelar Salam, sedangkan aku sendiri pengikut aliran puisi Chairil Anwar dan entah namaku siapa, kata orang aku mirip Fedy Nuril namun aku bantah mentah-mentah, Kata orang lagi aku mirik Vidi Aldiano,aku berpikir orang ini kok ngejeknya keterlaluan.
Perjalanan menuju tongkrongan kami melewati jalan yang tidak biasa, jalan yang berbatu kami lewati walaupun tangan kram waktu banting motor.
Dan inilah aksi kami
Pose yang bikin senewen saat Salam difoto malah merem, padahal dia udah tidur waktu kita kesini, tidurnya keren. NYETIR SAMBIL MEREM. Kebanyakan dari kami adalah suka mengeksekusi apapun yang penting happy happy aja. Kalo masalah yang paling kita suka cari adalah BAGAIMANA MASUK TEMPAT PARIWISATA DENGAN GRATIS, alhasil sei Peta Susilo yang paling tau tentang jalan disini, dia bagai GPS yang kemungkinan kesasarnya sedikit, sedangkan gue siap untuk kebut-kebutan, kalo si Salam teriakannya yang bikin senewen, Najib?sama seperti gue.
Yang paling kami suka adalah mengabadikan perjalanan dengan video amatir pake hape samsung atau asiafone milik gue, walaupun sering di ejek karena jaman sekarang minimal hape itu yang buatan amerika,atau bangsa barat, tapi berhubung gue suka yang china china, jadi deh dari dulu hingga sekarang hape gue china terus. Gue sih kalem aja, cuek banget kalo ada yang bilang JAMAN SEKARANG TUH ANDROID DONG. Gue sih cuek aja sih, percuma hapenya android tapi gak bisa makeknya, emang masalah buat loe??
Dan di Tempat ini gue bersyair ala Zafran di 5 CM
Adakah engkau disana sepertiku
Memasuki dunia hayalanku yang mencaci
Aku berhayal berduaan dengan mu
Dimana aku dapat tertawa bersamamu, menggenggam tanganmu
Memasuki dunia hayalanku yang mencaci
Aku berhayal berduaan dengan mu
Dimana aku dapat tertawa bersamamu, menggenggam tanganmu
Mengapa kau tak mengenaliku
Kau tak tahu apa yang ada di hatiku
Kau tak tahu jika aku memandingi wajah indahmu
Adakah engkau disana sepertiku
Yang tidak sadarkan diri akan cinta yang bersemi
Yang tak mampu mengucapkan kedalaman kerinduan
Saat berhadapan dengan mu
Aku yang terkurung di ruang cinta dan kerinduan ku
Tak dapat berucap padamu, bahkan walau telah menyentuhmu
Setiap menatap matamu terasa menusuk ke jantung hati ku
Engkau cintaku, cinta terpendamku
Engkau rinduku, rindu tak bertuanku.