Baju Cadangan
06.44
Perjalanan yang bikin gue radak sadar betapa berharganya "baju cadangan",hehehehehe. Disana aku kayak anak kecil, seneng banget liat air, seneng liat betapa daun-daun itu menyapa.
"awaaas" kata susilo, "jalan licin"
dan benar saja didepanku jurang curam seperti di film-film, sekarang aku berada di sebuah pelosok yang sangat agung, aku berada di wilayah yang dulu menjadi tempat penyebaran islam oleh Sunan Muria, aku dan kawan-kawan akan ke Air Terjun Montel yang terletak tidak jauh dari makam Sunan Muria.
@06.00 WIB di pagi buta menyerbakkan bau basah
PRAAANK
"Alamak, apa yang kau buat cak"kataku yang agak ke maduraan
aku melihat teman sekamarku sempoyongan setelah kepalanya didarati oleh panci yang entah dari mana asalnya "kau nanti bisa gila"kataku
"ah kau, nanti juga sembuh"katanya ngeyel,padahal lagaknya layaknya orang mabuk
"entar aku ke Muria, biasa refresing karena empet liat muka loe"
"ah, kau hina lagi aku cak"katanya sok dengan logat madura
"hahahahah"
Selang beberapa saat temanku yang dinamai orang tuanya Susilo dan Ifur dengan dengan wajah unyu-unyu penuh nafsu saat melihatku yang belum mandi."cuci muka"kata Susilo
"udaaah, aku mandi gak mandi tetap kece"kataku rese
dan mereka memaklumi, karena aku benar-benar kece, ini swear dan setengah-setengah. Kau tahu di keluargaku aku tidak mirip dengan orang tuaku, namun aku mirip dengan pamanku yang bernama Hadad yang sekarang berada di Sulawesi bersama keluarga kecilnya.
Selang beberapa saat si Subur Najib datang dengan jaket yang nampaknya kekecilan untuk tubuh gentongnya. wah aku bisa apa selain berujar "nih resep gendutnya apa coba"
@Kira-Kira Jam 9, hampir nyampe di tujuan
Teman-teman lain juga ikut nyusul, kami semua sekarang kelas 3 Aliyah, disebuah Madrasah yang disana aku temukan pecinta langit dan sering monolog sejadi-jadinya saat galau. "Foto duluuu"teriak Najib dengan meraih ponsel di saku celananya, "siap yaaah" JEBRET
Dan hasilnya demikian, aku yang paling kanan dengan gaya rambut acak-acakkan, kau tahu aku sangat suka jika rambutku begini, aku serasa seperti sastrawan paling unyu-unyu, dan perlu diketahui kami ini bukan BoyBand. Lantas setelah itu kami lanjut jalan kembali dengan lajuan motor yang seperti perahu kertasnya Dee. Setelah sampai ditujuan kami berziarah ke Makam Sunan Muria lantas kemudian menuju Air Terjun Montel, dan kau tahu aku disana memberanikan membenamkan tubuhku dalam airnya yang kau tahu sangat dingin.
Dan sempet mlongo saat liat air terjun Montel, aku berkhayal jika seandainya aku terjun dari atas apakah aku mati.
Dengan kaos warna hitam, kali ini aku menantang air dan biasanya aku selalu menantang rumput untuk menatap mataku. Aku pun memberanikan diri mandi di air dinginnya, dan hasilnya adalah seperti anak ayam yang dimandikan ibunya.
Betapa dinginnya saat itu, susasana sunyi tempat itu dan nyanyian batuan yang dihantam air yang bertubi-tubi membuat kami sadar betapa berharganya baju cadangan.
Foto Lain
"awaaas" kata susilo, "jalan licin"
dan benar saja didepanku jurang curam seperti di film-film, sekarang aku berada di sebuah pelosok yang sangat agung, aku berada di wilayah yang dulu menjadi tempat penyebaran islam oleh Sunan Muria, aku dan kawan-kawan akan ke Air Terjun Montel yang terletak tidak jauh dari makam Sunan Muria.
@06.00 WIB di pagi buta menyerbakkan bau basah
PRAAANK
"Alamak, apa yang kau buat cak"kataku yang agak ke maduraan
aku melihat teman sekamarku sempoyongan setelah kepalanya didarati oleh panci yang entah dari mana asalnya "kau nanti bisa gila"kataku
"ah kau, nanti juga sembuh"katanya ngeyel,padahal lagaknya layaknya orang mabuk
"entar aku ke Muria, biasa refresing karena empet liat muka loe"
"ah, kau hina lagi aku cak"katanya sok dengan logat madura
"hahahahah"
Selang beberapa saat temanku yang dinamai orang tuanya Susilo dan Ifur dengan dengan wajah unyu-unyu penuh nafsu saat melihatku yang belum mandi."cuci muka"kata Susilo
"udaaah, aku mandi gak mandi tetap kece"kataku rese
dan mereka memaklumi, karena aku benar-benar kece, ini swear dan setengah-setengah. Kau tahu di keluargaku aku tidak mirip dengan orang tuaku, namun aku mirip dengan pamanku yang bernama Hadad yang sekarang berada di Sulawesi bersama keluarga kecilnya.
Selang beberapa saat si Subur Najib datang dengan jaket yang nampaknya kekecilan untuk tubuh gentongnya. wah aku bisa apa selain berujar "nih resep gendutnya apa coba"
@Kira-Kira Jam 9, hampir nyampe di tujuan
Teman-teman lain juga ikut nyusul, kami semua sekarang kelas 3 Aliyah, disebuah Madrasah yang disana aku temukan pecinta langit dan sering monolog sejadi-jadinya saat galau. "Foto duluuu"teriak Najib dengan meraih ponsel di saku celananya, "siap yaaah" JEBRET
Dan hasilnya demikian, aku yang paling kanan dengan gaya rambut acak-acakkan, kau tahu aku sangat suka jika rambutku begini, aku serasa seperti sastrawan paling unyu-unyu, dan perlu diketahui kami ini bukan BoyBand. Lantas setelah itu kami lanjut jalan kembali dengan lajuan motor yang seperti perahu kertasnya Dee. Setelah sampai ditujuan kami berziarah ke Makam Sunan Muria lantas kemudian menuju Air Terjun Montel, dan kau tahu aku disana memberanikan membenamkan tubuhku dalam airnya yang kau tahu sangat dingin.
Dan sempet mlongo saat liat air terjun Montel, aku berkhayal jika seandainya aku terjun dari atas apakah aku mati.
Dengan kaos warna hitam, kali ini aku menantang air dan biasanya aku selalu menantang rumput untuk menatap mataku. Aku pun memberanikan diri mandi di air dinginnya, dan hasilnya adalah seperti anak ayam yang dimandikan ibunya.
Betapa dinginnya saat itu, susasana sunyi tempat itu dan nyanyian batuan yang dihantam air yang bertubi-tubi membuat kami sadar betapa berharganya baju cadangan.
Foto Lain
0 komentar