Aku Ingin Sekolah Saja

02.26


Oleh : Osyad
            Sore yang mulai datang, mega merah melukis sisi ufuk barat. Burung camar kembali mundur kesarangnya. Dari dalam rumah, suara ombak yang berkejaran terdengar indah saat membentur karang ditepian pantai. Edelwise adalah anak perempuan yang berusia 10 tahun tengah duduk termangu menghadap laut yang mulai gelap.

Ibu Edelwise   :”Sedang apa kamu Edel?cepat masuk kamar dan tidur”(Sambil membawa lampu minyak dan akan menyulutnya)
Edelwise         :”Nanti sajalah bu, baru jam 6, terlalu sore aku untuk tidur”(Berdiri menuju ibunya)”lampu minyaknya kenapa tidak menyala bu?”
Ibu Edelwise   :”Minyaknya habis del, kamu mau hutang lagi ke Pak Danan?”
Edelwise         :”Aku kapok hutang lagi kesana bu, aku tak mau dimaki-maki lagi”


Ibu Edelwise berjalan menuju dapur, selang beberapa saat datang dengan sepiring singkong rebus yang dibumbui garam.
Edelwise         :”Aku tak mau makan singkong hasil curian dari kebun Juragan”(Sambil mendorong piring)”aku mau sekolah bu”
Ibu Edelwise terkejut
Ibu Edelwise   :”Apa?jangan neko-neko kamu Edel, kita Cuma orang pesisir yang tidak diperhatikan pemerintah. Beli minyak dan beras saja kita tidak mampu, apalagi kamu mau sekolah, kamu yang sabar ya Edel”(sambil memegang bahu Edel)
Edelwise         :”Kalau aku bisa sekolah dan sukses aku akan memajukan desa ini bu, aku ingin seperti ini”(memberikan selembar Koran)
Ibu Edelwise   (membaca Koran kemudian nampak air mata menggantung disisi matanya)”Edel, kamu tahu ini berita tentang apa?”
Edelwise         :”tidak bu”
Ibu Edelwise   “Ujian nasional tahun ini dinilai gagal del, apa kamu masih mau sekolah, sedangkan Ujian nasional saja gagal. Kita ini penduduk pesisir del, tidak mungkin diperhatikan pemerintah”
Terdengar suara ketokan pintu yang mengagetkan keduanya, rupanya Pak Rumaropen dan Richardo Pane pulang dari berjualan ikan di kota. Dengan cepat Ibu Edelwise membuka pintu dan menyambut keduanya

Edelwise                    : (Berlari menghampiri ayah dan kakaknya)
“aku mau sekolah dan jadi pintar”(tersenyum)
Pak Rumaropen           :”Jangan macam-macam kau ini del, sudah bisa makan satu baskom saja sudah bersyukur del”(meletakkan topi)
Richardo Pane             :”Aku yang tak sekolah saja bias hidup hingga sekarang”(mendorong kepala Edelwise)
Edelwise                     :”Tapi…..tapi aku mau sekolah”(menangis kemudian duduk sambil mengusap air matanya)
Pak Rumaropen           :”Anak tak tahu diuntung, pergi dari rumah ini, merepotkan orang saja”(menarik tangan Edelwise dengan keras)
Edelwise                     :”Ampun pak”
Richardo Pane             :”Buang saja kehutan, biar dimakan macan”(mendorong kepala Edelwise)
Ibu Edelwise               :”Sudah-sudah pak, Edelwise itu masih kecil, biarkan saja dia”(memeluk Edelwise erat)
                                              
Richardo Pane           :”Adikku Edel, buat apa kau sekolah, sekolah itu buat orang-   orang yang mampu. Kita disini hanya koleksi wisata Indonesia, banyak turis yang datang kesini dan malah merugikan kita, banyak pelacur dari Jakarta. Siapa yang untung?Pemerintah kan del”
Edelwise                    :”tapi kak, aku sangat ingin sekolah agar bisa memajukan kehidupan kita. Bapak, ibu, kakak pasti bangga kan kalau aku sukses nanti”(tersenyum)
Pak Rumaropen         : (muka Pak Rumaropen menunjukkanj amarah) ”Tapi impianmu itu mustahil diwujudkan Edel”(menampar pipi Edel)
Richardo Pane           :”kamu harus patuh sama orang tua”
Ibu Edelwise memeluk Edelwise sangat erat, dan terdengar suara tangisan Edelwise yang lirih dan berat.
Edelwise           :”Siapa yang akan memajukan desa ini kalau anak-anaknya bodoh pak. Kak Richardo juga ingin sekolah kan?ayo kak jawab”(mendorong dada Richardo)
Richardo Pane  :”Sejak kapan aku ingin sekolah, sekolah bikin susah saja, menghabiskan biaya”
Pak Rumaropen:(Tertunduk)”maafkan bapak Edel, sudah jahat sama kamu.      Sebenarnya bapak ingin menyekolahkan kamudan menjadi pintar”
Edelwise         :”lalu mengapa bapak tidak menyekolahkan Edel?”
Pak Rumaropen :”Bapak terbelit hutang yang tidak sedikit, dan rumah ini akan bapak jual untuk membayar hutang, dan kita akan tinggal dirumah Eyang buyut.
Ibu Edelwise   : (Menghampiri Edelwise)Sudahlah Edel, lebih baik kamu tidur sekarang, tapi sebelum tidur kamu makan singkong ini dulu ya”(tersenyum)
Edelwise         : (Sambil mengambil singkong kemudian memakannya)”tapi kapan aku sekolah”
Ibu Edelwise   “yang jelas bukan saat ini Edel, sudahlah mari kita tidur”
Edelwise         :”iya bu”

Bulan mengintip dari celah-celah genteng melihat Edelwise terbaring tapi tidak tidur, air matanya yang menggantung perlahan mulai jatuh dan sesekali suara tangisannya terdengar. Namun semua keluarganya sudah terlelap. Edelwise bangkit dan duduk dikursi dengan mata yang masih mengeluarkan air mata.   

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images