Pagi Dalam Momen Suram
01.09Pagi yang penuh tanda tanya.
matahari masih enggan muncil dari negara timur, perlahan aku mulai menapak kakiku diatas tanah yang basah sehabis hujan tadi malam. Puing-puing berserakan entah apa jadinya, yang jelas aku merasa ini sudah kiamat. Apa yang terjadi sehingga aku sering menginjak darah dalam langkahku, mengapa tubuhku goyah, kakiku penuh luka, rambutku kusut. Aku terduduk diatas puing-puing yang membisu yang enggan memberi tahu tentang kejadian pagi ini. Pagi pun hanya diam, tak seperti biasa burung-burung kali ini hanya diam sesekali berteriak ngeri melihat bumi yang hancur ini. Aku berdiri kembali menyusur kelok-kelok puing-puing serta air bah yang pekat penuh darah.
"Araaaaai,,"teriak seseorang dari kejauhan
dengan cepat aku menengok ke belakang, betapa kagetnya yang kulihat adalah kakak perempuanku yang menyeret-nyeret kakinya dengan tergopoh.
"Apa yang terjadi kak?"tanyaku haru
"Tsunami tadi malam rai, apa kamu tidak tahu"
Tangisku pecah seketika mendengar penuturan kakakku.
"Lalu dimana ibu bapak dan adik"
"Aku tidak tahu rai"kata kakakku sambil menangis
Bruuk
Tubuhku seakan tak bertulang melihat pagi ini yang suram, kakakku membangunkanku kemudian mendudukkanku diatas puing. "Ini azab untuk kita"Kata kakakku.
"Mengapa harus kita? bukankah kita rajin beribadah kak,"
"Bukan-bukan itu rai, ini sudah suratan takdir tuhan, kita harus menerimanya"
"Tuhan tidak adil, mengapa hanya meluluh lantahkan tanah ini saja, mengapa tidak seluruh bumi hancur seketika, toh yang inkar dengan tuhan bukan di tanah ini saja kak"
"Tidakkah suara alam itu selalu benar, tandanya juga selalu ada kalau kita melihatnya, cuma kita yang tidak cermat untuk memahaminya"
"Apa hubungannya suara alam dengan tuhan"
"Arai...jangan bentak-bentak dengan nama tuhan, tuhan memberikan cobaan semacam ini untuk menguji kita,"
"bah omong kosong kata-kata kakak, yang aku mau sekarang kita memutar waktu untuk kembali beberapa saat yang lalu dan aku tidak mau menengok kebelakang"
"maksudmu kau tidak mau bersama kakak?begitu?"
Kakakku mulai gerah dengah ucapanku yang tidak terkendali, dengan wajah marahnya kakakku perlahan pergi menjauh meninggalkanku yang masih duduk di atas puing berwarna putih. Aku sekarang sendiri melihat langit yang kosong dengan kehidupan udaranya, burung-burung tidak terlihat pagi ini. Manusia pun seakan hanya aku dan kakakku, tak ada yang peduli dengan nasib tanah ini yang porak poranda dengan kiriman bencana ini.
"Dimana bapak ibu?"batinku
**************************************************
Sore pun menjelang dengan meganya di sebelah negara barat, berjam-jam aku disini dan tidak ada pertolongan, dimana orang-orang. Apa aku sendiri sekarang.
"Arai...ayo kita pulang"
Aku menengok dengan cepat kebelakang, betapa terkejutnya aku melihat kedua orang tuaku berpakaian putih dan bersih,
"Tapi tidak sekarang kamu pulang, ibu dan bapak selalu menantimu"
"Ibuuu Bapaaaaaaaaaaaak,kalian mau kemana"
Namun mereka hanya tersenyum kemudian masuk ke pintu yang sangat besar, aku mencoba mengejar namun langkah mereka sangat cepat hingga pintu itu tertutup aku masih duduk sendiri.
Dan sekarang aku benar-benar sendiri.
0 komentar