Cinta Abu

17.39


Cintaku malah seperti abu
Terbang tak menentu sehabis hangusnya kayu
Melambai-lambai ingin kembali
Namun terhalang oleh kelabu
Sekuntum bunga yang hilang kelopaknya
Sedahan penuh daun yang mulai gugur persatu
Berakhir masa menanti
Yang ada hanya menunggu mati
Mati abadi dan bukan sekedar mati suri
Tanpa bisa kembali menjemput ragamu yang penuh saksi
Saksi hidupku dan hidupmu terdahulu

Secawan air tanpa gula
Menemaniku melawan secarik tega nestapa yang berkedok cinta
Dimana aku dapat merindu padahal terpuja tiada
Cintaku malah seperti abu
Melambai-lambai tak menentu
Aku berimajinasi dan bercerita ria kepada sepi
Hanya sendiri menjajal malam dan siang
Kesepian dibenci tega nesta yang berkedok cinta
Ratapan mata sayuku menjadi tangis
Tangisan yang dimana aku bisa meracau ria
Sebab dalam tangisku aku lupa siapa aku

Dalam doa kepada tuhanku yang maha agung
Kupanjatkan doa dariku seorang raga rapuh bagai daun-daun luruh
Namun doaku kuharap terkabul
Karena doaku menjadi salah satu lawan untuk tega nestapa yang berkedok cinta
Sayup-sayup daun yang diterjang rintikan hujan awal november
Yang ada hanya kekalutan dalam hati
Yang mana buat aku menjadi tiada henti menjajar tangis
Dan menghindari tega nestapa yang berkedok cinta

Seiring berjalannya hari-hari yang disebut seminggu
Aku datang tanpa pamrih dan aku termenung sia-sia
Yang menungguku hanya pintu tertutup tak berpenghuni
Dan aku ingat dia telah tiada
Karena suatu hal tega nestapa yang berkedok cinta

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images