Arai Merah

Beri aku setitik rupa yang tersendat di ribuan siluet

tertumpu dengan ragumu

periku....pasung aku hingga akan terkuak

semua rahasia tentang adanya dirinya

aku tak mau kau pergi peri

biarlah setitik rupa itu yang hinggap kemuadian terbang lagi

periku...hingga detik yang ke sekian ini

dan abad yang tengah menunjukkan tajinya

aku menahanmu sebagai yang aku ingin

bukan orang lain

bukan seseorang lain di masa lalu

apalagi seseorang yang pernah menghamburkan asaku

periku.....jikalau memang akan adanya setitik rupa itu

mohonlah agar aku akan ada untukmu

by : Nayla

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu manangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu seorang wanita, Nak..”. “Aku tak mengerti?” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.” “Nak.. kamu memang tak akan pernah mengerti..”

Kemudian, anak itu bertanya kepada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis

tanpa ada sebab yang jelas?” Sang Ayah menjawab, “Semua wanita memang sering menangis tanpa ada alasan”. Hanya itu jawaban yang diberikan Ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. “Ya Alloh, mengapa wanita mudah sekali menangis?”

Dalam mimpinya Tuhan menjawab,

” Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan seisinya Walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepada bayi yang sedang tidur.

by : Zevara

Jangan berakhir

Aku tak ingin berakhir

Satu jam saja

Ku ingin diam berdua

Mengenang yang pernah ada

Jangan berakhir

Karena esok takkan lagi

Satu jam saja

Hingga ku rasa bahagia

Mengakhiri segalanya

Tapi kini tak mungkin lagi

Katamu semua sudah tak berarti

Satu jam saja

Itu pun tak mungkin

Tak mungkin lagi

Jangan berakhir

Ku ingin sebentar lagi

Satu jam saja

Ijinkan aku merasa

Rasa itu pernah ada

percaya atau tidak, ketika menatapmu, berkedippun sulit.
Pada matahari yang mengintip mu dari balik awan, malu malu, disitulah ku titipkan rinduku
Lebih baik mencintaimu dari kejauhan, karena jika dekat akan terasa lebih sakit ketika kau bersamanya
Tak perlu bunuh diri, melihatmu bersamanya saja , aku serasa mati
Seperti lembaran buku, tak akan berwarna jika tak kita lukis kisah kita
di depan cermin, aku melihat sebagian dariku adalah kematian
sebentar ingin, sejenak rindu, lantas aku selalu plin- plan kalau menyangkut kamu.
Rindu kembali membelit jiwa, memaksa tuk segera labuhkan rasa
Pagi ini aku jauh dari embun dedaun dan kupukupu, namun masih bisa kurasakan dekapnya lewat sapa yang tulus
Jika rindu ini berbentuk cahaya, matahari akan ada saingannya

Kalau rinduku itu tetesan air. Seisi dunia sudah lama tenggelam di dalamnya.

Aku takut rinduku mengganggu. Nanti saja ia mengunjungimu kalau kau sudah tidak enggan membukakan pintu