Anekdot

07.03

(Badai itu kadang berlalu
namun badai pula yang membuatku enggan berlalu
mengapa badai selalu berlalu?
dan mengapa puing-puing itu sulit terbenahi
mengapa darah-darah yang menetes masih saja segar
kelihatannya baru kemarin aku tersenyum bersamamu
meratapi nasib
membaca isi hati
bercerita ngawur
dan semua tentangmu
mengapa badai pasti berlalu
mengapa tak dia porak porandakan saja hatiku
namun, hatiku masih tetap saja kokoh
inilah hatiku
hati yang sederhana yang dianggap tak sempurna) 
#kelabu

Senja kelabu di Nologaten

Serpih, ada dimanakah dirimu
aku hanya memiliki satu serpih
serpihan yang lain entah dimana
serpih, ada dimanakah dirimu
aku tahu jika angin telah membawamu terbang
sedangkan serpihanmu masih tertinggal disini
bagai kembang yang enggan mekar diserpih yang cacat
yang ada hanya sayup-sayup tangis malam yang membuat miris

malam yang enggan didengar siang
dan mengapa siang tak pernah bertemu malam
padahal mereka beriringan
itu sama saja dengan kita
namun, kita masih tetap bisa bertemu
syukuri karena kita tidak seperti siang dan malam

kamu yang jauh yang juga jauh dari dekapanku
banyak hal yang harus kita syukuri kala surya mulai naik
karena disitu adakalanya langit akan tersenyum, membawa air mata
karena rindu kamu.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images