Suara Embun Itu, Lagi

17.25


Ketika kesadaran ini enggan untuk sadar
dan ketika yang berlanjut adalah sebuah kebohongan
tuhan terlalu baik dengan kita
tuhan berbaik hati untuk membiarkanku menemukanmu
dan akhirnya aku mencintaimu
selama itu aku berbahagia
bahkan saat kita tidak bersama lagi
yang ada hanya rasa yang kalang kabut
dimana sebenarnya tuhan meletakkanmu dalam hatiku
karena kamu selalu ada hingga saat ini
aku buka merayu
namun ini yang aku tuju
sebuah penantian yang dibalas pertemuan

(Sleman, 10.2014)

Untuk kesekian kali aku harus berurusan dengan jarak dan dilema, aku tidak ingin membencimu karena dengan membencimu justru membuat aku mati hati, keindahanmu memang termashur diantara publik. 

Kepadamu, bolehkah aku bicara?
Aku memang telah berakhir untuk menjadi  kekasihmu dan engkau  yang meminta  hal  tersebut, aku memang salah telah terlambat untuk memperbaiki diriku hingga kamu mulai jenuh dan berfikiran bahwa aku telah berubah, aku memang tidak pantas untukmu yang istimewa karena aku sederhana, dan dengan sederhana aku dulu bisa mencintamu, dan sekali lagi aku ucapkan bahwa dengan sikap sederhanaku aku dulu bisa mencintamu dan berjanji bahwa hati ini untuk kamu, ingat bahwa sikap sederhanaku yang membuatku bisa berbicara banyak tentang kamu, sikap sederhanaku yang mampu membawaku kerumahmu dan dengan sikap sederhanaku aku berusaha mencari hati keluargamu. Dan sikap sederhanaku yang mampu merubahku untuk sabar menghadapimu yang kadang marah tanpa arti, sikap sederhanaku yang membuat aku bisa berkorban dalam lelahku hanya untuk menuruti maumu dan aku bahagia dengan sikap sederhanku karena sikap sederhanaku adalah hal istimewa untukku. Dan jika aku cuek terhadapmu, tandanya ada yang kurang dalam diriku dan kamu tidak pernah salah karena aku yang selalu salah dimatamu dengan sikap sederhanaku. Apakah aku salah menempatkan diriku seperti ini, saat kamu memintaku untuk tidak sederhana maka aku itu bukan aku dan aku yang kamu pinta itu bukan aku.

Kepadamu, bolehkah aku bicara lagi?
Saat senja datang dan langit birumu mulai menghitam dan pekat namun dia tetap memberikan bulan dan bintang untuk mencerahkan malammu, langit tidak pernah biru bahkan tidak pernah hitam andai warna tidak pernah terwujud dalam dunia, langitmu yang dibumi juga begitu, tetap memberi bulan dan bintang untukmu.

Terpikir nikmat semalam yang buat aku selimpangan

Kerinduan yang mendasar terlukis dilangit malam

Ada apa gerangan sehingga aku demikian

Rindu yang belum terobati semakin membuat hasrat untuk temui

Ketika mentari terbit

Aku terbangun dalam alunan lagu harmoni

Terbentuk dari sisa-sisa pertemuan kemarin denganmu

Cintaku yang tersungging halus

Senyum padaku hingga aku pulang

Aku ingin berjumpa dalam pagi menjelang

Dasarku mencintaimu adalah tanpa apapun

Dalam pagi yang menjelang siang

Aku masih saja rindu akan bayang rembulan.


You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images